Subscribe Us


 

Pakar Rusia Heran Meski Dikepung Aliansi Militer Negara Barat Indonesia Tetap Santai Menghadapinya


MEDIASAKSINEWS -- Rusia tentu merasa heran dengan Indonesia yang adem ayem meski dikepung aliansi militer negara Barat.

Padahal Rusia yang dikepung aliansi militer NATO sudah marah besar tapi Indonesia tidak.

Bagi Rusia pembentukan aliansi militer negara Barat sangat berefek padanya, sementara Indonesia merasa tak punya musuh.

Politik luar negeri bebas aktif Indonesia memang menjadikan negeri ini lebih leluasa berteman dengan siapa saja namun enggan jika diajak membentuk aliansi militer.

Indonesia lebih suka diajak ke aliansi perekonomian yang memajukan kesejahteraan rakyatnya.

Mau Indonesia ditawari gabung NATO sebagai anggota eksklusif pun pasti ditolak.

Indonesia berpedoman akan mengirim personel militer resminya beroperasi ke luar negeri di bawah bendera PBB.

Selain itu pengiriman personel militer Indonesia ke luar negeri dalam rangka latihan bersama.

Tak akan pernah Indonesia mengirim pasukan untuk menyerang atau membantu negara A menginvasi B.

Misalnya Malaysia, mereka pernah mengirim pasukan resminya ke Arab Saudi untuk membantu militer koalisi Raja Salman menggempur pemberontak Houthi Yaman.

Apa yang dilakukan Malaysia itu tak akan pernah ditiru Indonesia.

Karena inilah saat Indonesia menyodorkan proposal perdamaian atas perang Rusia-Ukraina tak terlalu diprotes oleh bangsa Barat maupun Moskow itu sendiri.

Meski Ukraina menolak proposal tersebut dan meminta agar Rusia menarik seluruh pasukannya dari sana.

"Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Oleg Nikolenko menolak rencana tersebut, dan menegaskan kembali posisi Kyiv bahwa Rusia harus menarik pasukannya dari Ukraina," lapor Reuters pada 3 Juni 2023.

Melalui Menhan Prabowo saat itu Indonesia mengusulkan dibentuk zona demiliterisasi antar kedua belah pihak.

Zona demiliterisasi ini akan diawasi pasukan penjaga perdamaian PBB.

"Zona demiliterisasi harus diawasi dan diawasi oleh pasukan penjaga perdamaian yang dikerahkan oleh PBB," jelasnya.

Rusia memang sengaja menginvasi Ukraina karena adanya kepentingan NATO di sana.

NATO ingin menempatkan kekuatan tempurnya di Ukraina lalu diarahkan ke Rusia.

Rusia jelas tak terima ini, mereka menganggap Ukraina Buffer Zone nya sehingga setiap gerakan NATO di sana dianggap persiapan invasi.

Pada pernyataannya pada 31 Juli 2023, NATO akan memberikan dukungan terus menerus bagi Ukraina atas invasi Rusia.

"NATO mengutuk keras agresi Rusia yang brutal dan tidak beralasan terhadap Ukraina yang merupakan negara merdeka, damai dan demokratis, serta merupakan mitra dekat NATO.

NATO dan Sekutu terus memberikan dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Ukraina, membantu menegakkan hak dasar mereka untuk membela diri," jelas NATO.

Bagi NATO keamanan Ukraina akan membantunya meredam Rusia di masa depan.

Tapi memang hal ini tak akan mudah.

"Keamanan Ukraina sangat penting bagi NATO dan negara-negara anggotanya.

Aliansi sepenuhnya mendukung hak yang melekat pada Ukraina untuk membela diri, dan hak untuk memilih pengaturan keamanannya sendiri," jelasnya.

Sampai segitunya NATO dan Rusia bertumbuk di Ukraina.

Tapi pakar di Pusat Penelitian Komprehensif Eropa dan Internasional di Universitas Tinggi Ekonomi Rusia, Korolev, malah heran melihat Indonesia.

Indonesia juga bernasib sama dikepung aliansi militer Barat macam FPDA dan AUKUS.

Bahkan ada kapal selam nuklir Australia pun Indonesia meski protes tapi tetap adem ayem.

"Indonesia, negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, sering diabaikan oleh para ahli karena selalu dianggap sebagai negara tujuan wisata, namun nyatanya negara tersebut adalah negara tujuan wisata bukan hanya negara menengah di kawasan Asia-Pasifik, atau pemimpin regional dan mediator isu-isu regional.

Indonesia sebagai negara pendiri Gerakan Non-Blok dan menolak bergabung dalam aliansi militer," jelas Korolev dikutip dari China News pada 17 November 2022.

Tak ada manuver drastis dari Indonesia ketika menyikapi pembentukan aliansi militer macam FPDA atau AUKUS, dan sampai saat ini Rusia masih heran akan hal itu.**




Editor: Beryl Santoso

Sumber: Reuters, China News

Tim Redaksi 

Posting Komentar

0 Komentar