Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, proyek BRT yang melibatkan Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat tersebut sebagai upaya mengurai kemacetan di wilayah alglomerasi Bandung Raya.
Ema menjelaskan, Pemkot Bandung akan berkoordinasi dengan stakeholder terkait dan menyosialiasikannya kepada masyarakat. Hal tersebut sebagai langkah transformasi transportasi di Wilayah Kota Bandung.
"Ini bagian dari transformasi transportasi. Tadi saya minta Plh Kadishub intens berkomunikasi dengan kemeterian dan Dewan yang menjadi bagian ini," katanya.
Jalur yang sudah disurvei dan dilengkapi Detail Engineering Design (DED) yaitu Jalan Asia Afrika - sudirman, Otista - Ahmad Yani.
Sementara itu, Kepala Bidang Perkeretaapian dan Pengembangan Transportasi Dinas Perhubungan Jawa Barat, Dhani Gumelar mengemukakan, BRT Bandung Raya akan menghubungkan lima daerah, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang.
"Tahun depan (2024) kita akan mulai menyiapkan infrastrukturnya seperti jalur khusus, selter, dan sarana pendukung lainnya," kata Dhani.
"Karena memerlukan infrastruktur khusus, jadi proses pembangunannya memang cukup lama. Kurang lebih tiga tahun," ujarnya.
Dhani menuturkan, sebetulnya di Bandung Raya ada dua moda pengembangan transportasi massal, yaitu berbasis jalan dengan BRT dan berbasis rel, Light Rail Transit (LRT).
"Namun karena yang paling memungkinkan dibangun untuk sementara ini adalah BRT. Maka kita dahulukan BRT," terang Dhani.
BRT Bandung Raya rencananya melayani 17 koridor dengan jumlah armada lebih kurang 450 bus. Dari sebanyak 450 bus, sebanyak 40 persennya wajib menggunakan bus listrik sesuai dengan ketentuan Bank Dunia.**
Sumber: Diskominfo Kota Bandung
Tim Redaksi
0 Komentar