Subscribe Us


 

72,16 Hektar Lahan 6 Desa di Kabupaten Bandung Bakal Diratakan untuk Pembangunan Tol Getaci

72,16 Hektar Lahan 6 Desa di Kabupaten Bandung Bakal Diratakan untuk Pembangunan Tol Getaci

MEDIASAKSINEWS -- Puluhan hektare lahan di beberapa titik di Kabupaten Bandung bakal tergerus untuk pembangungan jalan tol penghubung Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap atau Tol Getaci.

Meski skema pembangunan baru akan dimulai pada 2023 akhir, mega proyek ini nyatanya tidak memakan waktu yang singkat dan progres yang besar.

Tak heran jika proyek pemerintah ini dinobatkan sebagai jal tol terpanjang di Indonesia.

Ada 6 Desa di Kabupaten Bandung akan tergusur pembangunan Tol Getaci, dan Desa Bojong menjadi desa dengan lahan terbesar di antara lima desa lainnya.

Seluas 66,85 hektare lahan di Desa Bojong, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, akan tergusur rata untuk proyek Tol Getaci.

Lahan seluas 66 hektare yang akan tergusur rata menjadikan Desa Bojong, Kecamatan Negreg, menjadi desa dengan luas lahan paling besar yang terkena proyek Tol Getaci di ruas Gedebage hingga Kecamatan Banyuresmi, Garut.

Bahkan tidak menutup kemungkinan Desa Bojong menjadi desa yang lahannya paling luas terkena proyek calon jalan tol terpanjang di Indonesia tersebut.

66 hektare tersebut sudah sama dengan separuh dai luas areal Bandara Husein Sastranegara Bandung, yang total areal lahannya seluas 147 hektare.

Jika melihat luas areal yang terdampak, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah Desa Bojong akan dibangun kontruksi sebagai pendukung jalan Tol Getaci, yang memerlukan lahan yang cukup luas, yakni jalan simpang susun sebagai penghubung jalan tol dengan exit tol.

Setelah Junction Gedebage yang menjadi titik awal Tol Getaci yang berada di Kecamatan Gedebage Kota Bandung, maka dua exit tol berikutnya ada di wilayah Kabupaten Bandung yang dalam perencanaan atau siteplan berada di Majalaya dan Nagreg.

Nah, untuk mendukung pembangunan exit tol Nagreg inilah nantinya akan dibangun jalan simpang susun yang kemungkinan lokasinya akan dibangun di area di Desa Bojong, Kecamatan Nagreg.

Keberadaan exit tol Nagreg ini nantinya berada tidak jauh dengan perbatasan Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Garut.

Dari exit tol inilah nantinya akan menghubungkan dengan jalan raya Nagreg yang ke arah timur nantinya akan mengarah ke jalan tanjakan dan lingkar Nagreg serta kea rah Limbangan.

Adapun lokasi exit tolnya akan berada di Desa Citaman, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung.

Di exit tol ini akan terhubung dengan Jalan Raya Nagreg, yang lokasinya sekitar 1 sampai 1,5 kilometer dari Jalan Lingkar Nagreg.

Nantinya di exit tol ini juga akan dilakukan pelebaran jalan di ruas Jalan Raya Nagreg, karena terlihat patok berwarna kuning di bagian halaman Rumah Makan Dermaga Sunda, Rumah Makan Ma Ecot, hingga SPBU.

Untuk pembangunan exit tol di Desa Citaman ini, luas lahan yang terkena proyek mencapai 2,03 hektare.

Sementara itu, lokasi jalan simpang susunnya akan berada di Kampung Cibisoro, Desa Bojong, Kecamatan Nagreg.

Itulah yang membuat lahan di Desa Bojong akan terdampak seluas 66,85 hektare, karena selain akan menjadi perlintasan Tol Getaci, juga akan dibangun simpang susun yang menghubungkan dengan exit tol Nagreg.

Namun demikian, hingga saat ini pembayaran uang ganti rugi atau UGR di Desa Bojong belum juga terlaksanakan.

Bahkan kegiatan musyawarah UGR sebelum masuk ke tahap pembayaran UGR belum juga dilaksanakan.

Dengan luas lahan yang mencapai lebih dari 66 hektare yang akan terdampak di Desa Bojong, maka proses pembebasan lahan untuk proyek Tol Getaci di desa ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Sementara itu, 5 desa lain yang juga ikut tergerus berada di beberapa titik berbeda, yakni:

• Desa Mandalawangi (32,85 hektare)

• Desa Ciherang (23,08 hektare)

• Desa Nagreg (0,41 hektare)

• Desa Citaman (2,03 hektare)

• Desa Ganjar Sabar (13,79 hektare)

Jika semua jumlah tersebut digabungkan maka kurang lebih akan ada 72,16 Hektare lahan di Kecamatan Nagreg yang akan diratakan, untuk pembangungan Tol Getaci.

Konstruksi Tol Getaci Dibangun 2022

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Danang Parikesit dalam laporannya juga menambahkan, dengan dibangunnya Jalan Tol Getaci diharapkan peningkatan konektivitas dan ekonomi di Indonesia khususnya di kawasan selatan Pulau Jawa yang berada di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, serta mendukung Kawasan Pariwisata Pangandaran.

Dikatakan Danang, Jalan tol Getaci akan mulai konstruksinya pada Triwulan III Tahun 2022 setelah diperoleh tanah bebas dan diharapkan bisa lebih cepat.

"Sesuai pesan bapak Presiden Jokowi serta bapak Menteri Basuki pada tahun 2022 ini adalah tahun kualitas, kita semua mengharapkan pekerjaan proyek tol ini memiliki hasil dengan kualitas yang semakin lebih baik dengan standar internasional," ujarnya.

Jalan Tol Getaci sepanjang 206,65 km melintas di dua provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat sepanjang 171,40 Km dan Provinsi Jawa Tengah sepanjang 35,25 Km dengan total Panjang 206,65 Km.

Untuk tahap 1 yakni Seksi 1 JC Gedebage – SS Garut Utara, dan Seksi 2 SS Garut Utara – SS Tasikmalaya dengan target operasi pada tahun 2024. Kemudian tahap 2 terdiri dari Seksi 3 SS Tasikmalaya – SS Patimuan, dan Seksi 4 SS Patimuan – SS Cilacap dengan target operasi pada tahun 2029.

Masa pengusahaan Jalan Tol Gedebage – Tasikmalaya – Cilacap adalah selama 40 tahun terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dengan nilai investasi sebesar Rp 56,20 triliun yang dilaksanakan oleh PT Jasamarga Gedebage Cilacap (JGC) selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang dibentuk oleh konsorsium pemenang lelang.

Konsorsium selaku pemenang pelelangan proyek ini terdiri dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Daya Mulia Turangga-PT Sarana-PT Gama Group, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, dan PT Wijaya Karya (Persero Tbk (Konsorsium).

Ruas Tol Getaci pada tahap konstruksi dan operasi dibagi menjadi 2 bagian, yakni Tahap 1 Gedebage - Tasikmalaya, dan konstruksinya dilakukan pada tahun 2022 sampai selesai 2024.

Kemudian Tahap 2 selanjutnya dari ruas Tol Tasikmalaya-Cilacap pada tahun 2027 diperkirakan selesai tahun 2029 dan nantinya terdapat jeda pengoperasian sekitar 3 tahun.

Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap nantinya memilki 10 Simpang Susun (SS) yakni SS Majalaya, SS Nagrek, SS Garut Utara, SS Garut Selatan, SS Singaparna, SS Tasikmalaya, SS Ciamis, SS Banjar, SS Patimuan, dan SS Cilacap.

Profil Jalan Tol Getaci

Kementerian PUPR tengah melakukan proses tender (lelang) ulang proyek tol tersebut pasca tidak terjadinya penandatanganan perjanjian dukungan pembiayaan perbankan atau financial close.

Sebelumnya pemenang lelang pengusahaan Tol Getaci telah ditetapkan pada Januari 2022 lalu, yaitu konsorsium PT Jasamarga Gedebage Cilacap (JGC).

Konsorsiumnya terdiri dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Daya Mulia Turangga-PT Gama Group-PT Jasa Sarana, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT PP (Persero) Tbk dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

"Lelang ulang belum, baru pengumuman. Lelang ulang Getaci sedang proses pemutusan, iya (dibangun tahun ini)," beber Menteri PUPR Basuki Hadimuljono usai peresmian pabrik Lead Rubber Bearing (LRB) di Karawang, Senin (30/1/2023) lalu.

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian juga pernah menyampaikan, konstruksi jalan tol akan dilaksanakan setelah ada investor yang memenangkan lelang ulang.

Namun meski target konstruksi Tol Getaci mundur dari rencana awal, proses pengadaan lahan dipastikan tetap berjalan.

"Untuk pengadaan lahannya jalan terus sampai dengan Garut untuk pembangunan tahap satu. Pembebasan atau pengadaan lahan ini dilakukan oleh Kementerian PUPR," pungkas Hedy di Gedung DPR RI, Jakarta, pada Selasa (18/01/2023), dikutip dari Antara.

Sementara itu Jalan Tol Getaci melintasi dua provinsi Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat sepanjang 171,40 kilometer dan Jawa Tengah sepanjang 35,25 kilometer. Sehingga total panjangnya 206,65 kilometer.**




Sumber: TribunPriangan.com

Tim Redaksi

Posting Komentar

0 Komentar